Gurun Sahara Ada Di Negara Mana
Telah berubah selama bertahun-tahun
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Gurun Sahara telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarahnya. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, wilayah yang sekarang menjadi Gurun Sahara dikenal sebagai "Sahara Kering" dan memiliki iklim yang jauh lebih lembap daripada saat ini. Padang pasir yang luas ini dulunya merupakan daerah subur dan hijau, dengan sungai-sungai mengalir dan mendukung berbagai macam tumbuhan dan hewan.
Perubahan iklim dan lingkungan terjadi karena pergeseran kemiringan bumi yang lambat, menyebabkan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan di wilayah tersebut. Akibatnya, vegetasi dan sumber air berkurang, dan Gurun Sahara yang kita kenal sekarang mulai muncul. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa Gurun Sahara memiliki potensi untuk menjadi hijau kembali di masa depan. Konsep ini dikenal sebagai "teori hijau Sahara" yang mencakup ide untuk menghidupkan kembali daerah ini melalui upaya penghijauan dan manajemen air. Namun, rencana semacam itu tentu memerlukan upaya besar dan pemahaman yang mendalam tentang ekosistem dan iklim regional.
Negara Tempat Letaknya Gurun Sahara
Kawasan padang pasir ini membentang luas dari ujung timur hingga ujung barat benua Afrika. Saking luasnya, gurun Sahara membentang luas di atas sepuluh negara di benua Afrika. berikut 10 negara tempat letaknya gurun Sahara yang dikutip dari Livescience:
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Risky WahyudiPenulis: Risky WahyudiEditor: Yonada Nancy
Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia, dengan luas 3,6 juta mil persegi (9,3 juta km persegi) atau setara dengan luas Amerika Serikat, termasuk Alaska dan Hawaii. Di mana letaknya?
Letak gurun Sahara adalah di benua Afrika dan berbatasan langsung dengan Samudra Atlantik di sebelah barat, Laut Merah di sebelah timur, Laut Mediterania di sebelah utara, dan Sahel di sebelah selatan.
Menurut Encyclopedia Britannica, nama Sahara berasal dari kata bahasa Arab "ṣaḥrā," yang berarti gurun. Selain dikenal dengan topografinya yang unik, seperti bukit pasir, pegunungan, dan dataran garam, Sahara juga menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sahara mengalami perluasan wilayah yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia. Bagaimana kondisi alam, fauna, flora, dan iklim Sahara berkontribusi terhadap fenomena ini?
Luas Gurun Sahara dan Kondisi Geografisnya
Mengutip dari Britannica, nama Gurun Sahara berasal dari istilah Arab aḥrā yang berarti “gurun.” Istilah ini di satu sisi juga merujuk pada kata sifat ashar (dalam bahasa Arab) yang memiliki arti “selayaknya gurun.” Kata tersebut memiliki konotasi terhadap warna kemerahan dari suatu dataran tanpa vegetasi.
Luas dari Gurun Sahara ditaksir mencapai 3,3 Juta mil persegi atau 9 juta kilometer persegi. Angka tersebut diperkirakaan setara dengan 1.103.000 kali dari luasnya lapangan sepak bola.
Sebanyak 25 persen dari permukaan Gurun Sahara ditutupi oleh lapisan pasir dan bukit pasir. Beberapa bukit pasir di Gurun Sahara bahkan memiliki tinggi hampir mencapai 500 kaki.
Secara geografis, Gurun Sahara terletak di benua Afrika. Bagian barat Gurun Sahara berbatasan dengan samudera Atlantik, sedangkan bagian timur berbatasan dengan Laut Merah.
Utara Gurun Sahara berbatasan dengan pegunungan Atlas dan laut Mediterania. Perbatasan di bagian selatan adalah sahel, yakni kawasan semi kering yang membentuk zona transisi antara Gurun Sahara dengan sabana lembab.
Livescience mencatat bahwa Sahara merupakan kawasan gurun yang memiliki iklim kering dan tidak ramah. Kawasan ini memiliki curah hujan yang rendah. Pada satu sisi, gurun ini memiliki dua pembagian iklim berdasarkan posisi geografisnya. Bagian utara beriklim subtropis kering dan bagian selatan beriklim tropis kering.
Situasi dengan curah hujan yang sedikit ini menjadikan kawasan Gurun Sahara memiliki ekosistem flora dan fauna endemiknya tersendiri.
Beberapa contoh fauna yang dapat ditemukan di Gurun Sahara di antaranya berbagai jenis mamalia (contoh: unta, hyena tutul, babon, keledai Liar naubia, dan landak gurun), reptil (contoh: kobra, kadal, bunglon dan buaya) dan lebih dari 300 spesies burung (contoh: burung unta, burung hantu, dan ayam mutiara).
Adapun beberapa flora endemik di sekitar Gurun Sahara seperti berbagai spesies zaitun dan kurma.
Meskipun keberadaan air terbilang langka, Gurun Sahara memiliki dua sungai permanen. Kedua sungai tersebut adalah Sungai Nil dan Sungai Niger. Selain itu, juga terdapat sebanyak 20 danau musiman dan akuifer besar yang dapat menjadi sumber air utama untuk lebih dari 90 oasis di seluruh wilayah gurun.
Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat
Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.
Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.
Kota-kota di Gurun Sahara: Penduduknya penganut Islam Ibadi yang 'bertoleransi tinggi' hingga larangan 'selfie' bagi turis
Sumber gambar, Simon Urwin
Tidak ada yang menjajakan dagangan, aktivitas tawar-menawar atau tanda-tanda modernitas
Di kota besar Ghardaia, aktivitas perdagangan diizinkan berlangsung di dalam dan sekitar alun-alun pasar pusat. Meski begitu, papan nama dan medium iklan modern dilarang agar kota itu mempertahankan tampilan asli abad ke-11.
Berdasarkan peraturan setempat, jalan-jalan kecil dapat mengkhususkan diri hanya pada satu produk, seperti karpet, buah, sayuran atau emas.
"Seorang pedagang Mozab tidak menganggap toko lain sebagai saingan," kata Laggoun.
"Sebaliknya, dia menikmati kebersamaan dengan pedagang lain karena yakin kebersamaan memperkuat ikatan komunitas."
Menjual barang secara berisik dan proses tawar-menawar harga sangat dihindari di M'Zab.
"Ini berasal dari keyakinan kuat para penganut mazhab Ibadi tentang kesetaraan. Penjual menghormati pembeli sebagai orang yang sederajat sehingga para penjual bersikap jujur dan menawarkan harga yang adil sejak awal, "kata Laggoun.
"Pentingnya kesetaraan di sini melampaui perdagangan juga. Berbagai acara sosial di sini bisa saja dihadiri oleh orang-orang terkaya dan termiskin di lembah.
"Tapi mereka makan dan minum bersama sebagai satu kesatuan karena semua orang dipandang sederajat," ujarnya.
Sumber gambar, Simon Urwin
Jika beberapa generasi muda di M'Zab perlahan-lahan mengadopsi gaya pakaian Barat, banyak penduduk masih memilih pakaian yang lebih tradisional.
Perempuan konservatif mengenakan kain kafan putih, yang dikenal sebagai haik, saat mereka keluar rumah.
Sementara itu, laki-laki mengenakan tchachit atau kopiah dan saroual loubia, semacam celana berlipat, seperti celana harem.
"Saroual itu praktis karena membuat pemakainya tetap sejuk dan juga memungkinkan yang memakainya melakukan gerakan fleksibel selama menjalankan segala jenis pekerjaan fisik," kata seorang guru bahasa Inggris setempat kepada saya.
"Saya juga menyukai pakaian ini karena itu adalah bagian dari keunikan identitas M'Zab. Lagi pula, jika semua orang mengenakan jins dan kaos sepak bola, kami akan terlihat seperti orang lain di seluruh dunia."
Sumber gambar, Simon Urwin
Air lebih berharga daripada emas
Ada lebih dari 100.000 pohon kurma di lembah ini. Kebun kurma tunduk pada peraturan lokal.
Sebuah dewan yang khusus mengatur urusan air memantau penggunaan pasokan yang berasal dari akuifer jauh di bawah Gurun Sahara.
Terdapat hukuman bagi orang-orang yang mengambil lebih banyak dari bagian yang semestinya.
"Tidak ada setetes pun hujan yang turun di M'Zab antara tahun 2008 dan 2017 sehingga tidak heran jika air dianggap lebih berharga daripada emas," kata seorang petani kebun sawit.
"Itu sebabnya peraturan disusun dengan sangat serius dan mengapa pelanggar aturan dapat diusir dari masyarakat karena dianggap melakukan kesalahan besar," ucapnya.
Aturan lain adalah larangan penebangan pohon kurma hidup atau yang dikenal masyarakat lokal sebagai "pohon suci".
"Menebang pohon kurma di M'Zab sama tak terbayangkannya seperti membunuh manusia," katanya. "Itu akan menjadi dosa yang tidak bisa diampuni."
Sumber gambar, Simon Urwin
Setiap tahun para petani kurma M'Zab mengikuti pola budidaya dan panen kuno.
Mereka memetik buah dari pohon menggunakan tangan setiap bulan April, ketika bunga jantan diikat ke sekumpulan bunga betina dan doa dipanjatkan untuk memastikan hasil yang melimpah.
Buah kurma mulai muncul pada bulan Mei dan Juni, dengan panen pertama dicadangkan untuk Ramadhan.
"Dikatakan bahwa Nabi akan berbuka puasa selama Ramadhan dengan makan kurma matang sebelum salat," kata petani itu.
"Jadi, memakannya dengan cara yang sama masih memiliki makna spiritual yang besar bagi kami."
Biji kurma yang dibuang digunakan sebagai pakan ternak atau dipanggang dan digiling untuk membuat semacam kopi tanpa kafein khas Mozabite.
"Meski kami dapat membeli kopi di toko bahan makanan, kami tetap merasa sebagai orang-orang gurun. Kami selalu menemukan cara untuk memastikan apa pun yang diberikan Tuhan tidak terbuang percuma," kata petani itu.
Sumber gambar, Simon Urwin
Permukiman berusia berabad-abad
Jika sekelompok warga Aljazair tinggal di daerah yang 'tidak bersahabat', permukiman di barisan puncak bukit yang luar biasa indah terdapat di pinggiran sisi utara Sahara.
Kawasan ini dikenal sebagai lima kota dengan benteng pertahanan bersejarah di Lembah M'Zab.
Kota-kota ini juga kerap disebut dengan terminologi Pentapolis.
Benteng-benteng megah berusia berabad-abad ini dibangun di sepanjang Wadi Mzab, sebutan untuk dasar sungai yang kering sebagian dan yang airnya hanya naik sekali setiap tiga hingga lima tahun.
Pentapolis terdiri dari El-Atteuf, yang tertua dan didirikan tahun 1012. Tiga lainnya adalah Melika, Bounoura, dan kota suci Beni-Isguen.
Yang terakhir adalah Ghardaïa (tampak dalam foto), yang merupakan permukiman utama dan pusat bisnis di Lembah M'Zab.
Pada tahun 1982, M'Zab dijadikan situs Warisan Dunia oleh Unesco karena budaya dan arsitekturnya yang sangat khas.
"Yang membuat tempat itu begitu istimewa adalah kombinasi unik, yaitu penduduk asli Afrika Utara dengan kepercayaan Islam Ibadi. Merekalah yang membangun rumah benteng di tengah gurun," kata pemandu lokal Khaled Meghnine.
"Tidak ada tempat seperti itu di Aljazair maupun di belahan dunia lainnya," ujar Meghnine.
Sumber gambar, Simon Urwin
Rumah bagi populasi modern yang berjumlah lebih dari 360.000 orang, kota-kota di Lembah M'Zab didirikan oleh Mozabites, suku semi-nomaden yang bertutur dalam bahasa mereka sendiri, yaitu Tumzabt.
Orang-orang Mozab telah menjelajahi lembah ini sejak sekitar abad ke-8. Namun karena wilayah itu semakin kering, mereka memutuskan untuk menetap dan beradaptasi dengan lingkungan yang keras.
Suku ini membangun kota mereka antara abad ke-11 dan ke-14.
Masing-masing permukiman itu berpusat di sekitar masjid dengan menara yang difungsikan untuk memanggil jemaah sekaligus mengawasi keamanan.
Di dasar lembah, orang Mozab membangun kebun palem yang juga berfungsi sebagai pelarian mereka dari panasnya musim panas.
"Sungguh luar biasa bagaimana mereka berhasil berkembang sebagai komunitas dalam iklim yang tidak ramah seperti itu," kata Meghnine.
"Itulah mengapa banyak orang menghargai budaya orang Mozab. Budaya itu bertahan melawan rintangan selama lebih dari seribu tahun. Mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk bertahan hidup dan tetap kuat."
Sumber gambar, Simon Urwin
Di setiap kota, komunitas Mozab membangun jalanan yang padat. Bagian jalan yang tersempit hanya cukup menampung keledai yang membawa barang. Sementara itu, jalan raya utama dari dan ke pasar dibangun agar dapat dilalui unta.
Rumah batu khas orang-orang Mozab berbentuk kotak. Sebuah ruang untuk seekor kambing dibuat di dalamnya.
"Selain listrik yang masuk pada akhir dekade 1950-an, kehidupan di berbagai episentrum sejarah ini tidak banyak berubah dan banyak orang menyukai fakta itu," kata Meghnine.
"Etika mengantre di pompa air tetap sama. Anak-anak didahulukan, baru perempuan dan laki-laki. Begitu juga kebiasaan mengecat dinding luar rumah dengan warna biru untuk mencegah nyamuk dan menjaga kesejukan ruangan. Itu berlanjut hingga hari ini," ucapnya.
Kebiasaan tak tertulis lainnya adalah para perempuan yang menghabiskan banyak waktu di halaman rumah yang berdinding tinggi, yang menjaga privasi mereka.
"Di Beni-Iguen, kebiasaan para perempuan itu dapat dilihat dari menara masjid. Jadi orang luar dilarang memasuki kota atau menaiki menara setelah salat subuh. Ini memastikan perempuan masih bisa melakukan aktivitas tersebut tanpa terlihat," kata Meghnine.
Sumber gambar, Simon Urwin
Bangsa terbesar Afrika
Membentang di antara Maroko dan Tunisia serta berbatasan dengan Eropa lewat laut Mediterania, Aljazair adalah negara terbesar Afrika dan yang ke-10 di dunia.
Bentang alam Aljazair luas dan beragam, berupa barisan pegunungan yang menjulang tinggi dan gurun pasir yang terik, hingga reruntuhan kota Romawi kuno.
Negara ini terbentang seluas 2,4 juta kilometer persegi atau setara 10 kali luas Inggris Raya.
Sebagian besar wilayah Aljazair atau sekitar empat perlimanya berada di Gurun Sahara. Ini adalah gurun yang panas serta terbesar di dunia.
Gurun tandus ini terdiri dari gunung berapi, dataran berkerikil, dan lautan pasir yang bergeser.
Salah satu yang bagian terbesar Sahara adalah Grand Erg Occidental (terlihat dalam foto di atas), yaitu hamparan bukit pasir tak berujung yang luasnya dua kali ukuran Belgia.
Sumber gambar, Simon Urwin
Kekuatan dari persatuan
Berabad-abad yang lalu, orang-orang Mozab beralih dari mazhab Islam Mu'tazila ke mazhab Islam konservatif Ibadi.
Lembah M'Zab sekarang menjadi satu dari tiga komunitas Ibadi yang penting di kawasan Afrika Utara. Dua lainnya adalah Djerba di Tunisia dan Jebel Nafusa di Libya.
"Pengikut mazhab Ibadi dikenal karena solidaritas dan toleransi di antara komunitasnya," ujar pemandu lokal bernama Elghali Laggoun.
"Secara historis, mereka selalu hidup berdampingan dan bekerja sama dengan baik dengan orang lain.
"Di masa lalu, mereka menyerahkan gembala mereka kepada orang Arab di luar tembok kota. Tidak seperti komunitas Arab, orang-orang Mozab tidak terlahir menjadi gembala.
"Begitu pula, mereka akan pergi ke komunitas Yahudi untuk membeli barang tembaga dan perhiasan," kata Laggoun.
"Kelompok orang keturunan Yahudi masih tinggal di lembah ini. Ada pula sebuah gereja Kristen yang berdiri tegak di kawasan ini.
"Untuk bertahan hidup di gurun, Anda butuh kekuatan yang timbul dari persatuan berbagai kelompok. Prinsip itu sangat dipercayai semua orang di M'Zab," ujar Laggoun.
Salah satu penganut mazhab Ibadi yang paling terkenal di kawasan ini adalah pemimpin agama Sheikh Sidi Aissa. Makamnya yang mencolok berada di pemakaman Melika.
Sumber gambar, Simon Urwin